Oleh: Meilisa Dwi Ervinda
Beri aku hari baik dengan menu menulis opini di kandang antagonis.
Kuajak kau tawaf di antara diksi-diksi sepuluh angka,
Lanjut menyeduh cercaan media atas perayaan negara.
Ia terus menulis opini dan membuatnya gila,
Tersedak kata-kata kepayahan dari narasi malang.
Hari yang baik, hujan masa lalu menyobek ingatan,
Membawa namamu berulang-ulang kali.
Sepotong cerita panjang terkikis,
Lantas kita akan menyambut Senin kelam,
Meniadakan Minggu ceria itu.
Bawa kembali menu tak termaktub,
Atau luka pada bongkahan sejarah.
Di hadapan penyair satire,
Kita bacakan dosa-dosa dari nirwana bernama demo-kratis itu.
Tinggalkan Balasan