Di ufuk senja yang temaram jingga,
Bayangmu menepi di antara maya,
Seperti nyala yang tak pernah purna,
Menjadi suluh di lorong sukma.
Aku melangkah di lorong sunyi,
Di bawah rembulan yang enggan menyapa,
Hanya angin membawa lirih rindu,
Mengurai waktu dalam gulita.
Dalam samudra bening tak bertepi,
Namamu menjelma ombak abadi,
Menghempas sepi di dada gelisah,
Menyisakan echo tanpa jeda.
Jika takdir adalah aksara bisu,
Maka biarlah sajak ini menjadi suaraku,
Melagukan rinduku dalam gelombang,
Hingga semesta mengamini temu.
Tinggalkan Balasan