Di bangku kelas 8 Madrasah Tsanawiyah, saat masih mondok di pesantren, aku melihat teman sekolahku yang aktif di IPPNU. Meskipun rasa penasaran membuncah, keterbatasan waktu dan tempat membuatku hanya bisa mengamati dari kejauhan. Bayangan kegiatan IPPNU yang penuh semangat dan nilai-nilai keislaman yang kental, terus membayang di pikiranku. Aku tertarik dengan semangatnya yang luar biasa.
Setelah menamatkan Madrasah Aliyah dan meninggalkan pesantren, kesempatan itu akhirnya tiba. Sebuah makesta IPPNU diadakan di daerahku. Ini adalah tahap pengkaderan awal untuk menjadi rekanita IPPNU. Tanpa ragu, aku langsung mendaftar. Aku ingin sekali merasakan langsung bagaimana rasanya menjadi bagian dari organisasi ini, sekaligus melepaskan rasa penasaranku yang telah lama terpendam. Aku sangat antusias dan berharap bisa mendapatkan banyak pengalaman berharga selama mengikuti makesta
Namun orang tuaku sendiri belum begitu memahami IPPNU. Di sudut pandang mereka, IPPNU hanyalah sebuah perkumpulan yang tidak memiliki manfaat yang berarti, bahkan mungkin dianggap membuang-buang waktu. Aku harus berjuang keras untuk meyakinkan mereka. Aku berusaha menjelaskan tentang nilai-nilai positif yang ada di IPPNU, bagaimana IPPNU bisa membentuk karakter dan kepribadian yang baik, serta kontribusi IPPNU bagi masyarakat. Butuh waktu dan kesabaran untuk meyakinkan mereka. Aku berdoa agar mereka bisa mengerti dan mendukung langkahku.
Tiga bulan berlalu, setelah makesta aku terpilih menjadi Wakil Ketua 1 di Pimpinan Ranting. Di makesta aku belajar banyak hal, mulai dari keorganisasian, kepemimpinan, hingga penguatan nilai-nilai keislaman. Aku bertemu banyak teman baru, dan kami bersama-sama belajar dan berjuang. Aku merasa sangat beruntung bisa mengikuti makesta, karena di sanalah aku menemukan jati diriku dan menemukan banyak teman yang luar biasa. Seiring berjalannya waktu, enam bulan setelah makesta, aku mendapat amanah yang lebih besar lagi: Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC).
Kegembiraan bercampur dengan rasa takut. Amanah ini begitu besar, sementara aku merasa masih sangat baru di IPPNU. Rasa takut dan keraguan mulai muncul. Bisik-bisik dan pertanyaan mulai terdengar di sekelilingku. “Kenapa dia yang jadi ketua?”, “Dia bisa apa?”, “Dia loh masih baru, pengalamannya kurang,” kata-kata itu menusuk hatiku. Rasa minder dan ketidakpastian terus menghantuiku. Aku merasa belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin. Namun, aku bertekad untuk membuktikan bahwa aku mampu. Aku berdoa dan berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Aku banyak berdiskusi dengan alumni IPPNU untuk meminta arahan dan masukan, agar aku bisa menjalankan tugas dengan baik dan membawa PAC ke arah yang lebih baik. Aku juga banyak membaca buku dan artikel tentang kepemimpinan dan manajemen organisasi. Aku mempelajari strategi dan teknik kepemimpinan yang efektif, serta bagaimana memotivasi anggota dan mencapai tujuan organisasi.
Saat itu, aku juga merasa belum pantas untuk menjadi Ketua PAC. Apalagi, ada beberapa anggota yang sudah mengikuti Latihan Kader Muda (Lakmud), sementara aku belum. Rasa itu membuatku tertekan. Aku pun mencari informasi tentang Lakmud. Syukur Alhamdulillah, aku menemukan informasi adanya Lakmud di PAC Kecamatan sebelah. Aku mendaftar dan berhasil lolos seleksi. Namun, takdir berkata lain. Aku jatuh sakit di hari H dan tak bisa mengikuti pelatihan tersebut. Air mataku tak kuasa terbendung. Rasa kecewa dan sedih begitu mendalam, tetapi aku tidak menyerah.
Kegagalan itu tak membuatku patah semangat. Beberapa bulan kemudian, aku mencoba lagi. Kali ini, aku mendaftar Lakmud di PAC yang berada di kabupaten lain. Doa dan usahaku membuahkan hasil. Aku lolos dan berhasil mengikuti pelatihan hingga selesai. Satu bulan setelah Lakmud, aku merasa semakin percaya diri dan siap untuk menghadapi tantangan baru. Aku pun mencoba mendaftar Latihan Pelatih (Latpel) yang kebetulan diadakan oleh PC di kabupatenku sendiri. Alhamdulillah, aku lolos. Latpel ini lebih menantang lagi, karena aku harus belajar bagaimana melatih dan membimbing kader-kader IPPNU lainnya. Aku belajar banyak hal baru, seperti metode pelatihan yang efektif, teknik penyampaian materi, dan bagaimana memotivasi peserta pelatihan. Aku juga berlatih untuk menjadi seorang trainer yang handal dan inspiratif. Latpel benar-benar menguji kemampuan dan kesabaran ku, tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri ketika melihat para peserta pelatihan berkembang dan menjadi lebih baik
Beberapa bulan kemudian, sebelum akhirnya resmi bergabung di PC, aku mendapat tawaran untuk menjadi Sekretaris atau Bendahara di tingkat cabang. Namun, aku menolak tawaran tersebut. Penerimaan jabatan itu berarti aku harus meninggalkan PAC-ku, dan itu adalah sesuatu yang belum bisa kulakukan. Aku belum siap meninggalkan PAC yang telah menjadi rumahku untuk berproses, terutama para anggota yang setia mendampingi dan mendukung pengabdianku di organisasi. Ikatan persaudaraan dan rasa tanggung jawab yang telah terbangun di PAC terlalu kuat untuk kutinggalkan begitu saja. Aku merasa masih banyak yang harus kulakukan di PAC, dan aku ingin menyelesaikan semua amanah yang telah diberikan kepadaku.
Setelah Lakmud dan Latpel, aku berkomitmen untuk menyelesaikan segala tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Aku merasa tertantang untuk terus belajar dan berkembang, dan memberikan kontribusi terbaikku untuk IPPNU.
Kini, aku telah menjadi bagian dari keluarga besar CABANG IPPNU. Perjalanan panjang yang penuh lika-liku ini telah mengajariku banyak hal. Aku belajar arti kepemimpinan, kerja keras, dan pentingnya komitmen. Aku juga belajar arti kegagalan dan bagaimana bangkit dari keterpurukan. Lebih dari itu, aku menemukan keluarga dan sahabat-sahabat yang begitu baik. Perjalananku di IPPNU bagaikan menyelami lautan yang luas dan dalam. Terkadang tenang, terkadang penuh badai. Namun, di tengah badai itu, aku menemukan keindahan dan kekuatan yang tak ternilai. Aku percaya, setiap tantangan yang diberikan adalah sebuah kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Semoga pengalaman ini bisa menjadi inspirasi bagi rekanita IPPNU lainnya untuk selalu berani bermimpi dan terus berkontribusi bagi organisasi. Karena di IPPNU, bukan hanya tentang organisasi, tetapi juga tentang pengabdian dan pembentukan karakter yang lebih baik. Sampai saat ini, aku masih aktif di IPPNU dan terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tinggalkan Balasan