oleh : Siti Jamilatul Hasanah 

 Sempatku temui rumah yang gerbangnya sangat kokoh.

Keindahan yang merasuk di pelopak mata.

Tekadku masuk, padahal sebenarnya ada banyak hal yang kutakutkan,

Dan benar, abu-abu merasuki kalbu ,

Hati dan jiwaku sukar mengikatkan diri.

Lantas, aku menarik diri dan kabur.

Aku menyembunyikan diri sendiri,

Hingga kelam menjalar di hari – hariku.

Dan ya, yang kusimpan meledak,

Pada akhirnya ada yang memeluk ku dari belakang,

Seraya berkata 

”kamu berhak meniti jalan , masih ada rumah yang bisa kau singgahi dengan layak ”.

Benar, rumah kali ini memberikan ketenangan.

Tiada yang berteriak satu sama lain,

Namun menyatukan tangan untuk saling melengkapi.

Kekurangan bukan layaknya caci,

Namun serasa bagian dari rumah yang terus diperbaiki.

Senyum dari setiap nya nampak indah oleh tatapku,

Tiada terlihat,

Namun khidmahnya penuh dalam rongga hati nan jiwanya .

Aku betah,

Aku tak perlu jadi siapapun disini untuk dihargai.

Semakin banyak memakan waktuku disini,

Semakin mekar cintaku pada ikatan.

Ya, meskipun manusia punya warnanya sendiri,

Tapi izinkan aku untuk terus berkhidmat hingga usai.

Baca Juga :  Secercah Cahaya Madinah