Pagi itu, udara dingin membuatku bermalas-malasan untuk segera beranjak dari tempat tidurku. kebetulan rumahku ada di daerah lereng pegunungan, jadi setiap pagi udara sejuk dan suara kicauan burung membuatku semakin nyaman tinggal di rumah ini.
Krekkk.. terdengar ada seseorang yang membuka pintu kamarku, oh ternyata itu ibuku.
Ibu: hee ayo dek bangun, ayo segera bersiap-siap.
Aku masih terdiam di tempat tidurku, memang kemarin keluargaku sudah merencanakan untuk pergi ke sebuah hajatan saudaraku, jadi pagi-pagi gini sudah di suruh untuk siap-siap. Setelah ibuku keluar dari kamarku, aku bergegas beranjak dari tempat tidurku dan segera mandi. Oh iya, kenalin aku Aca seorang gadis yang akan masuk di perguruan tinggi tahun ini. Sudah cukup dewasakan aku? Yaa walaupun masih sering dipanggil adik, biasalah anak bungsu.
Sesampainya di hajatan saudaraku, seperti biasanya kami sekeluarga bertemu dengan keluarga besar lainnya, dan kami pun mengobrol tentang banyak hal. Salah satunya yaitu apa rencanaku setelah lulus SMA tahun ini, yaa pastinya aku ingin merantau melanjutkan sekolah lagi jika ada izin dari orang tuaku, tapi Alhamdulillah bersyukur memiliki keluarga yang selalu mengutamakan pendidikan. Setelah itu, muncullah pertanyaan,
Tante Riri : mau merantau kemana caa?
Aca : pengennya sih daerah yang udaranya sejuk gitu sih tee, bogor ataupun bandung misalnya, hehee…
Tante Riri : yaa bagus sihh, semoga tercapai yaa caa impiannya
Aca : Aamiin tee..
Tiba-tiba ibuku ikut menjawab
Ibu : pengenku sih biar deket-deket sini aja, yang Jawa Timur gitu biar deket rumah misal pengen pulang pun juga nggak nungguin terlalu lama juga
Tante Riri : yaa bagus sih mbak, tinggal Acanya gimana…
Aku pun tersenyum dan menggumam, “mending di Malang, dari pada di Surabaya udaranya panas, padahal aku udah terbiasa di udara sejuk, kan jadi takut nggak bisa adaptasi sama lingkungan”.
Keesokan harinya, pendaftaran pun resmi dibuka, sebelum itu aku sudah mempersiapkan dan mempertahankan nilaiku semasa SMA, selain itu aku juga pernah memenangkan berbagai perlombaan, jadi aku semakin yakin dan selain itu juga aku mendapatkan rekomendasi langsung dari guru SMAku. Sebelum mengirim data yang diperlukan, aku bertanya kepada orang tuaku untuk memastikannya.
Aca : buk, ini aku jadinya daftar di Bandung yaa?
Ibu : iyaa boleh, tapi kalo bisa juga daftar yang deket rumah aja yaa,
Aku hanya tersenyum karena sebenarnya aku kurang setuju, tapi ayahku menginginkan aku tidak merantau terlalu jauh. Jadi, aku juga daftar di Surabaya, walaupun entah kenapa aku merasa kurang cocok di sana. Di sisi lain, aku berharap bisa lolos di Bandung karena suasana nya mirip dengan lingkunganku, dan aku merasa passionku ada di sana.
Tibalah di suatu hari dimana jalur prestasi yang aku daftar di Bandung itu diumumkan, saat itu aku sangat berharap bakalan lolos di jalur ini, tapi disisi lain aku juga sangat memikirkan bagaimana nanti keputusan orang tuaku, setelah membuka pengumuman ternyata aku tidak lolos pada jalur ini, aku sangat kecewa tentunya, setelah pengumuman tersebut aku memberitahukan kepada kedua orang tuaku yang sedang duduk dan ngobrol di ruang tamu, aku membawa Hp ku dengan wajah menahan tangis,
Aca : aku nggak lolos (mata berkaca-kaca)
Ibu, Ayah : gapapa, mungkin belum rejekinya dek tetap semangat, kan masih ada banyak jalur lainnya, nungguin pengumuman yang di Surabaya aja, siapa tau emang itu rejekinya
Aca : baiklah, semoga.. (menuju ke kamar dengan hati sangat kecewa dengan perjuangan 3 tahun yang sia-sia)
“Dalam hatiku berharap bakal tidak lolos, agar bisa daftar jalur lainnya selain di Surabaya”.
Dua hari kemudian, pengumuman dari Surabaya akhirnya keluar, dan ternyata aku lolos! Ada rasa kaget bercampur senang saat melihat hasilnya. Aku sempat ragu untuk menunjukkan ini pada orang tuaku karena aku tahu pasti ini yang mereka inginkan. Setelah berpikir berulang kali, aku memutuskan untuk menerima apapun keputusannya. Tapi, ketika aku menunjukkan hasilnya, ayahku malah bertanya, “Masih mau coba daftar lagi yang kamu inginkan?”, Tanpa ragu aku langsung meng-iya-kan tawaran itu.
Setelah itu, aku mencoba berbagai jalur untuk jurusan yang menurutku sesuai dengan passionku. Tapi ternyata, apa yang terjadi? ternyata benar, ridho Allah itu ada di ridho orang tua. Sempat merasa kecewa tentunya, berpikir semua usaha selama SMA jadi sia-sia. Tapi akhirnya, aku sadar ini memang jalanku. Aku juga sangat bersyukur karena diberi kesempatan luar biasa ini, tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Selama setahun pertama, aku merasa sangat terbebani belajar dengan sesuatu yang baru dan tidak sesuai passionku sebelumnya, tapi dengan mencoba hal baru seperti ini membuatku semakin penasaran, dengan semangat dan motivasi yang selalu diberikan oleh orang tua ku sehingga membuatku selalu berusaha memberikan yang terbaik, entah doa apa yang dipanjatkan orang tuaku sehingga apapun yang aku jalani selama proses mencari ilmu selalu dipermudah oleh Allah. Selain itu, selama di perantauan aku selalu bertemu dengan orang-orang baik termasuk teman-temanku, mereka sangat baik dan tentunya kita tidak merasakan persaingan dalam mencari ilmu.
Tahun kedua selama perkuliahan tidak menyangka aku meraih beberapa penghargaan dan memenangkan berbagai perlombaan, Alhamdulillah. Namun dibalik semua itu tidak jauh dari usaha yang aku lakukan, kegagalan berkali-kali sudah aku alami. Salah satunya lomba menulis, yang awalnya aku merasa tidak bisa menuangkan passionku yaitu menulis, namun ternyata dengan rasa ikhlas menerima dan menjalani apa yang telah ditakdirkan, telah membuktikan bahwa rencana Allah itu lebih baik dengan apa yang telah kita rencanakan. Walaupun terkadang sempat membuat kita merasa ini bukan yang terbaik, namun ini adalah sebuah proses menuju hal terbaik tersebut. Aku juga pernah memikirkan jika kala itu aku tidak mengikuti apa kata orang tuaku, mungkin tidak seberuntung ini. Selain rasa syukur yang selalu diajarkan oleh kedua orang tuaku, berdoa dan berusaha juga selalu mengiringi setiap langkah yang akan dimulai, yakinlah Allah selalu memberikan ridho ketika kedua orang tua kita juga meridhoinya. Awalnya aku sempat merasa ragu menjalani kehidupan ini dan survive di dalam sesuatu hal yang belum pernah aku temui tidak mudah bagiku, aku percaya ini hanya sebuah perjalanan, jangan dipikirkan endingnya, nikmati perjalanannya, banyakin rasa syukurnya, kuatin lagi bahunya, jangan lupa selalu berusaha dan berdoa, dan semoga Allah mempermudah segalanya. Dengan itu, aku semakin bersemangat menjalani hari-hari berikutnya, tentunya pasti ada plot twist selanjutnya yang bisa jadi lebih dari apa yang diimpikan.
Tinggalkan Balasan